Apa itu Ablasio Retina?
Sebagai alat indera, mata merupakan salah satu organ tubuh yang kecil namun memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan kita. Ada beberapa gangguan pada mata yang perlu kita ketahui dan mendapatkan perhatian khusus. Sebab, jika hal ini terjadi, maka seseorang akan berisiko mengalami kehilangan penglihatan secara permanen (kebutaan).
Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai ablasio retina atau retinal detachment. Penyakit ini merupakan salah satu kondisi darurat medis dan terjadi ketika retina atau selaput jala mata terlepas dari posisi belakang mata. Lepasnya retina dapat menimbulkan kehilangan penglihatan sebagian atau seluruhnya, tergantung dari seberapa banyak bagian retina yang lepas.
Namun, gangguan mata ini bisa diketahui penyebab dan gejalanya.
Cara pengobatannya pun sudah ditemukan sehingga orang yang mengalaminya bisa sembuh. Oleh karena itu, jika terdapat perubahan penglihatan secara mendadak, maka seseorang harus segera memeriksakan diri ke dokter karena jika tidak ditangani, hal ini dapat membawa risiko kebutaan.
Tanda dan Gejala Ablasio Retina
Ablasio retina dapat menyerang sekitar 0,6-1,8 orang per 10.000 orang per tahun, atau sekitar 0,3%. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang berusia antara 40-70 tahun. Ablasio retina tidak menyebabkan rasa nyeri, tetapi ada beberapa tanda yang dapat muncul sebelum lepasnya retina, antara lain:
• Penglihatan kabur
• Floaters yaitu bayangan yang berbentuk bintik atau garis dan terlihat melayang-layang atau mengambang pada penglihatan
• Susah melihat jelas karena ada bayangan yang menutupi penglihatan seperti tertutup tirai
• Hilangnya penglihatan atau melihat gelap sebagian atau seluruhnya secara mendadak
• Cahaya mengkilat yang muncul mendadak saat melihat ke samping
Penyebab Ablasio Retina
Berdasarkan penyebabnya, terdapat 3 jenis ablasio retina, yaitu:
1. Ablasio Retina Regmatogen (Rhegmatogenous Retinal Detachment)
Ablasio retina regmatogen terjadi oleh karena adanya robekan atau lubang pada retina. Hal ini menyebabkan cairan dari dalam mata keluar melalui lubang dan masuk ke belakang retina. Cairan ini memisahkan retina dari selaput yang memberikan nutrisi dan oksigen. Tekanan dari cairan dapat mendorong retina sehingga menyebabkan lepasnya retina. Hal ini merupakan jenis paling umum dari kondisi lepasnya retina.
2. Ablasio Retina Traksi (Tractional Retinal Detachment)
Ablasio retina traksi terjadi saat jaringan luka pada permukaan retina berkontraksi dan menyebabkan retina tertarik dari belakang mata. Kondisi ini lebih jarang terjadi. Biasanya dialami oleh orang dengan diabetes oleh karena diabetes dapat menyebabkan masalah dengan pembuluh darah retina dan menyebabkan jaringan luka pada mata yang berakibat pada lepasnya retina.
3. Ablasio Retina Eksudatif (Exudative Retinal Detachment)
Pada ablasio retina jenis eksudatif, retina tidak mengalami robekan. Namun, ada beberapa penyakit infeksi pada retina yang mendasari seperti penyakit tuberkulosis pada mata dan penyakit Harada, yang kemudian menjadi pencetus lepasnya retina.
Faktor Risiko
Untuk orang yang memiliki kondisi rabun jauh/miopia yang parah (minus 6 atau lebih) berisiko tinggi mengalami ablasio retina.
Hal ini disebabkan oleh pertambahan panjang bola mata ke bagian depan yang semakin menipiskan bagian pinggir retina. Penipisan lapisan retina ini lama-lama dapat menyebabkan robeknya retina sehingga cairan vitreus (cairan di bagian tengah bola mata) akan merembes masuk di celah antara retina dan lapisan di belakangnya.
Cairan ini kemudian menumpuk dan menyebabkan seluruh lapisan retina terlepas dari dasarnya. Selain itu, beberapa faktor pemicu lain yang membuat seseorang berisiko mengalami ablasio retina adalah:
• Usia lanjut
• Pernah mengalami ablasio retina sebelumnya pada salah satu mata
• Ada keluarga yang pernah mengalami ablasio retina
• Komplikasi operasi pada mata sebelumnya, misalnya seperti pengangkatan katarak, glaukoma
• Trauma pada mata
• Tekanan darah tinggi
• Diabetes
• Tumor/kanker
Bagaimana cara mengobati ablasio retina?
Pada banyak kasus, operasi adalah cara terbaik untuk memperbaiki retina yang lepas. Biasanya, sebelum seseorang benar-benar mengalami ablasio retina, retina akan terlebih dulu robek.
Oleh karena itu, pengobatan untuk ablasio retina biasanya terbagi menjadi dua, yaitu saat masih dalam tahap robekan retina dan ablasio retina yang benar-benar terjadi.
Retina yang robek biasanya dapat diatasi dengan prosedur sederhana tanpa operasi (dilakukan di ruang periksa dokter).
Tujuan pengobatan adalah mencegah retina menjadi lepas seutuhnya. Beberapa cara untuk mencegah robekan menjadi ablasio retina dan mempertahankan penglihatan antara lain menggunakan terapi laser (fotokoagulasi) dan terapi yang menggunakan suhu sangat rendah (cryopexy).
Sedangkan, untuk jenis operasi yang direkomendasikan dokter akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk seberapa parah retina tersebut lepas. Biasanya penglihatan akan mulai membaik sekitar empat minggu setelah operasi. Seberapa besar peningkatan penglihatan setelah operasi tergantung pada kerusakan yang dialami.
Dapatkah Ablasio Retina Dicegah?
Walaupun ablasio retina dapat diobati dengan tindakan operasi, akan lebih baik jika kita melakukan pencegahan agar terhindar dari risiko kebutaan total yang diakibatkan oleh penyakit ini. Beberapa perubahan gaya hidup sebagai upaya mengurangi risiko terjadinya ablasio retina antara lain:
• Gunakan kacamata pelindung saat berolahraga
• Apabila memiliki diabetes atau tekanan darah tinggi, perlu mengontrol gula dan tekanan darah dengan mengunjungi dokter secara rutin
Jika gejala-gejala seperti yang disebutkan muncul, segeralah berkonsultasi dengan dokter mata untuk diperiksa dan diketahui penyebabnya. Akan jauh lebih baik jika rutin dilakukan pemeriksaan mata setidaknya satu sampai dua kali dalam setahun, apalagi bagi yang memiliki rabun jauh. Dengan begitu, segala gejala bisa dideteksi lebih awal dan ablasio retina yang lebih serius pun bisa dicegah demi menghindari risiko hilangnya penglihatan.
Penulis
dr.Carenia Paramita